Jumat, 13 April 2012

Info Post

Dalam artikel ini, Indonesian Papist akan memaparkan landasan Kitab Suci mengapa setiap umat Katolik wajib menerima Komuni di lidah sambil berlutut. Agar praktik ini juga tidak sekadar menjadi praktik tanpa makna, maka dalam artikel ini akan dijelaskan sekali lagi tentang dogma transubstansiasi, tentang kehadiran nyata Yesus Kristus pada Sakramen Ekaristi dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi. Ajaran inilah yang menjadi pondasi utama mengapa kita seharusnya menerima Komuni di lidah sambil berlutut. Mari kita mulai.


Kehadiran Nyata Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi

Gereja Katolik secara konsisten meyakini dan mengajarkan Dogma Transubstansiasi. Dogma ini menyatakan bahwa dalam Perayaan Ekaristi “oleh konsekrasi roti dan anggur terjadilah perubahan seluruh substansi roti ke dalam substansi tubuh Kristus, Tuhan kita, dan seluruh substansi anggur ke dalam substansi darah-Nya. “[1]  

Dengan demikian, “Kristus hadir di dalam Sakramen (Ekaristi) ini oleh perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya.” [2]

Dalam Sakramen Mahakudus tercakuplah "dengan sesungguhnya, secara real dan substansial tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus dan dengan demikian seluruh Kristus" (Konsili Trente: DS 1651).[3]

Gereja Katolik menolak pernyataan Calvinis dan beberapa denominasi Protestan lain yang menganggap bahwa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi itu hanya sekadar lambang Tubuh dan Darah Yesus Kristus.

Saudara-saudari sekalian, dogma ini bersumber dari pengajaran Yesus Kristus yang diteruskan dalam Magisterium Gereja Katolik, Kitab Suci dan Tradisi Suci. Sekarang, mari kita melihat ke dalam Kitab Suci dan Pengajaran Para Bapa Gereja mengenai Kehadiran Nyata (Real Presence) Yesus Kristus dalam Sakramen Ekaristi.

Kitab Suci memberi kita pernyataan Yesus sendiri yang secara literal berkata:
Mat 26:26-28
26:26. Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."
26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

Mrk 14:22-24
14:22 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku."
14:23 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu.
14:24 Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.

Luk 22:19-20
22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
22:20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

Santo Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus mengulang kembali dengan kata-kata yang diucapkan Yesus pada perjamuan terakhir.
1 Kor 11:23-25
11:23. Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti
11:24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
11:25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"

Kita telah melihat sendiri bahwa Tuhan kita Yesus Kristus berkata dengan jelas bahwa roti dan anggur yang dikonsekrasi tersebut adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah-Nya. Yesus tidak berkata “inilah lambang Tubuh-Ku” juga tidak berkata “Inilah lambang Darah-Ku”. Tetapi Ia dengan tegas dan to the point  berkata “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”.

Injil Yohanes juga memberikan kita bukti dan pengajaran yang sungguh eksplisit mengenai ajaran iman ini.
6:48 Akulah roti hidup.
6:49 Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.
6:50 Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.
6:51 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
6:52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."
6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.
6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.
6:56 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."

Kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa Yesus meminta kita untuk memakan daging-Nya dan darah-Nya yang tersamar dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi. Sulit bagi saya pribadi  (dan semoga juga anda, para umat Katolik sekalian) untuk memahami pernyataan Yesus seluruhnya dalam perikop-perikop di atas, terutama Yoh 6:48-58, sebagai suatu pernyataan yang metafora atau simbolik belaka. Beberapa alasan mengapa kita tidak dapat memahami pernyataan Yesus dalam Yoh 6:48-58 sebagai pernyataan yang metafora atau simbolik adalah sbb:

1. Peristiwa pada perikop Yoh 6:48-58 merupakan satu-satunya peristiwa dalam Kitab Suci di mana ada begitu banyak murid yang meninggalkan Yesus terkait sebuah doktrin iman (Yoh 6:66).
2. Dari ayat yang lain di bab yang sama, kita juga menemukan bahwa ketidakpercayaan Yudas akan Ekaristi adalah akar dari pengkhianatannya kepada Kristus (Yoh 6:64, 70-71).
3. Yesus Kristus sama sekali tidak mengoreksi pernyataan-Nya atau memberikan penjelasan lebih lanjut bila pernyataannya itu adalah pernyataan simbolis. Malah, Yesus bertanya kepada Para Rasul, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (Yoh 6:67).
4. Fakta lain yang kita temukan dalam perikop Yoh 6:48-58 adalah pada Yoh 6:58 kata “makan” di sini memiliki kata asli dalam bahasa Yunani “τρώγων” (baca: tro'-go) yang secara literal bermakna “mengunyah”. [4]

Di atas adalah penjelasan dari Kitab Suci, berikut ini disampaikan pula pengajaran berdasarkan Tradisi Suci.
Surat kepada Gereja di Roma: “Saya tidak mengambil kesenangan akan makanan yang dapat rusak atau kesenangan hidup. Saya ingin roti dari Allah yaitu Daging Kristus (Flesh of Christ)  yang adalah keturunan Daud dan untuk minuman, saya ingin Darah-Nya yang adalah cinta yang tak dapat rusak.” (St. Ignasius dari Antiokia, murid Rasul Yohanes Penulis Injil, dalam suratnya kepada umat di Roma). [5] 
Tomas Aquinas mengatakan: "Bahwa tubuh Kristus yang sebenarnya dan darah Kristus yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat ditangkap oleh indera ..., tetapi hanya oleh iman, yang bersandar pada otoritas ilahi. Karena itu berkatalah Sirilus tentang kalimat Kitab Suci 'Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu' (Luk 22:19): 'jangan ragu-ragu apakah itu benar, melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman. Karena Ia adalah kebenaran, jadi Ia tidak menipu'" (s.th. 3,75,1; dikutip oleh [Paus] Paulus VI, MF 18). [6]
Dari penjelasan di atas, sebagai umat Katolik haruslah selalu kita yakini bahwa Roti dan Anggur yang kita terima pada Perayaaan Ekaristi adalah sungguh-sungguh sepenuhnya Yesus Kristus sendiri. Dalam Sakramen Mahakudus tercakuplah "dengan sesungguhnya, secara real dan substansial tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus dan dengan demikian seluruh Kristus" (Konsili Trente: DS 1651).

Dan sekarang, menyadari bahwa ketika kita menyambut Komuni Kudus berarti kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus sendiri, maka kita perlu, baik secara lahiriah maupun batiniah, menunjukkan penyembahan dan penghormatan kita kala kita menerima Komuni Kudus. Salah satu caranya adalah dengan menerima Komuni di lidah sambil berlutut. Sebelumnya, Indonesian Papist telah mempublikasikan sejumlah artikel lain mengenai Komuni di lidah sambil berlutut ini. Artikel-artikel tersebut akan di-link-an di akhir artikel ini.

Singkatnya, praktik menerima Komuni di lidah merupakan norma standar dan universal Gereja Katolik. Bila anda hadir di Liturgi Kepausan, Liturgi yang menjadi referensi atau acuan bagi perayaan-perayaan liturgi lain di seluruh Gereja Katolik di dunia, setiap mereka yang hendak menerima Komuni Kudus dari tangan Bapa Suci Benediktus XVI, harus menerimanya di lidah sambil berlutut, bukan dengan cara yang lain. Oleh karena itu. sembari Indonesian Papist tidak menolak praktik Komuni di tangan (asalkan praktik Komuni di tangan tersebut di suatu negara sudah disetujui Tahta Suci), praktik Komuni di lidah haruslah kembali dipopulerkan di Indonesia.

Kemudian, mengapa harus menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut? Artikel-artikel Indonesian Papist sebelumnya kerap mengangkat argumen dari Tradisi Suci serta Pengajaran Para Paus dan Para Uskup. Namun, untuk kali ini, argumennya akan berasal dari Kitab Suci itu sendiri.

1. Teladan Yehezkiel
Yeh 2:8 Dan engkau, anak manusia, dengarlah apa yang Kufirmankan kepadamu; janganlah memberontak seperti kaum pemberontak ini. Ngangakanlah mulutmu dan makanlah apa yang Kuberikan kepadamu."
Yeh 2:9 Aku melihat, sesungguhnya ada tangan yang terulur kepadaku, dan sungguh, dipegang-Nya sebuah gulungan kitab,
Yeh 2:10 lalu dibentangkan-Nya di hadapanku. Gulungan kitab itu ditulisi timbal balik dan di sana tertulis nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan.
Yeh 3:1. Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, makanlah apa yang engkau lihat di sini; makanlah gulungan kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel."
Yeh 3:2 Maka kubukalah mulutku dan diberikan-Nya gulungan kitab itu kumakan.
Yeh 3:3 Lalu firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu." Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku.
Yesus Kristus adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Ketika menerima Komuni Kudus, berarti kita menerima Dia, Sang Firman Allah. Bila melihat perikop di atas, Yehezkiel diperintahkan Allah untuk menerima gulungan kitab yang berisi firman Allah dengan menggunakan mulut dan kemudian memakan kitab firman Allah tersebut. Tidak disebutkan di sini bahwa Yehezkiel menerima dengan menggunakan tangan. Apa yang dialami oleh Yehezkiel ini adalah prefigur, gambaran awal di Perjanjian Lama akan praktik Komuni di lidah sambil berlutut di masa sekarang. Pada masa sekarang, Imam in persona Christi (Imam dalam pribadi Kristus) memberikan Tubuh dan Darah-Nya kepada para umat langsung di lidah sama seperti gambaran yang diceritakan Yehezkiel di atas, “ngangakanlah mulutmu dan makanlah apa yang Kuberikan kepada-Mu”.

Hal yang juga dapat diperhatikan adalah setelah memakan gulungan kitab itu, Yehezkiel kemudian diutus Allah untuk berbicara kepada kaum Israel. Hal ini bisa dibaca di atas pada Yeh 3:1 dan Yeh 3:4-11. Pada kondisi sekarang, hal ini dapat kita samakan dengan kondisi di mana setelah kita menerima Komuni Kudus, kita menerima pengutusan dari Imam setiap akhir Misa. “Ite Missa Est”; pergilah, kita diutus.

2. Teladan St. Petrus
 Menyadari bahwa dalam Komuni Kudus kita menerima Yesus Kristus sendiri, mengapa kita tidak mengikuti teladan St. Petrus ini? 

Luk 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
Dalam ketidakpantasannya di hadapan Tuhan, Petrus jatuh tersungkur di hadapan Yesus. Seturut teladan St. Petrus, kita pun hendaknya jatuh berlutut ketika kita menerima Kristus yang hadir dalam rupa Roti dan Anggur yang telah dikonsekrasi. Ingatlah sekali lagi, apa yang kita terima bukan sekadar roti dan anggur biasa, tetapi sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Yesus Kristus.

3. St. Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma
Roma 14:11 Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah."
Inilah perkataan Tuhan sendiri bahwa semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Nya. Tetapi mengapa pada saat menerima Komuni Kudus, ketika Ia tepat di hadapan kita, kita justru malah masih berdiri, bukannya berlutut? Sementara kita beradorasi, kita sanggup berlutut berlama-lama, mengapa pada saat menerima Komuni Kudus kita tidak berlutut? Sementara pada saat mencium Salib ketika Jumat Agung, kita sanggup berlutut, mengapa pada saat menerima Komuni Kudus kita tidak berlutut padahal kita sedang menerima Dia?

Sejauh ini, ayat-ayat di ataslah yang saya temukan untuk mendukung praktik Komuni di lidah sambil berlutut. Ayat-ayat di atas sudah menjadi landasan yang sangat kuat untuk menjelaskan mengapa kita harusnya menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut. Inilah cara Gereja Universal menerima Komuni Kudus dan sebagai putera-puteri Gereja, sebaiknyalah kita mengikuti ajaran Bunda Gereja untuk menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut. Bagi kita yang masih sanggup berlutut dan menerima Komuni di lidah, ya lakukanlah dengan penuh penghayatan. Dan bagi kita yang karena kondisi luar biasa (sakit, cacat dsb) tidak dapat menerima Komuni Kudus di lidah sambil berlutut, tunjukkanlah penyembahan dan penghormatan kita kepada Sakramen Mahakudus dengan cara lain yang kita sanggup. Pax et Bonum


[1] Katekismus Gereja Katolik 1376
[2] Katekismus Gereja Katolik 1375
[3] Katekismus Gereja Katolik 1374
[5] The Apostolic Fathers, diterjemahkan oleh J.B. Lightfoot dan J.R. Harmer, disunting dan direvisi oleh Michael W. Holmes. Grand Rapids: Baker Book House, c. 1989, hlm. 105
Lihat ketiga kutipan St. Ignasius di artikel ini: Ignasius dari Antiokia dan Ekaristi
[6] Katekismus Gereja Katolik 1381

Artikel lain tentang Komuni di Lidah