Selasa, 10 April 2012

Info Post
Dies Irae

Hari murka angkara,
hari itu, dunia melebur membara
Nubuat Daud dan Sybill tertera

Sungguh dahsyat semua bergetar
Ketika sang Hakim datang menggentar
seluruh kubur berguncang menggelegar

Sangkakala terdengar nyaring
setiap kubur turut bernyaring,
menggerak seluruh manusia menuju Tahta bergeming.

Kematian terdiam, alam terdiam
Pun semua makhluk terdiam
Menjawab datangnya sang Hakim Semesta Alam.

Buku kehidupan mengawali
seluruh bukti tampak jeli
Dunia akan diadili.

Tibalah sang Hakim memutuskan
yang tersembunyi tertampakkan
tak satupun tak terbalaskan.


Apalah yang dapat kukatakan?
Dengan apa dapat kusampaikan?
Saat ketakutan ingin rasa aman.

Raja yang sungguh Agung
Penyelamat yang tak kira menghitung
Selamatkan kami oleh welas asih-Mu yang tak terhitung.

Ingatlah, oh Yesus yang kupercaya
Akulah tujuan hidupMu di dunia
Jangan lupakan aku di hari tak berdaya.

Penuh lelah Engkau mencariku
Pada salib kau bawa derita dosaku
UsahaMu 'kan menyelamatkanku

Hakim sang pemberi hukuman
berilah aku berkat kelegaan
sebelum datang hari Pengadilan.

Penuh sesal aku mengeluh
muncul malu dosaku penuh
Ampunilah Tuhan, aku merengkuh

OlehMu, Maria si pendosa Kau selamatkan
penjahat di sampingMu kau ampunkan
Kepadaku Kau beri aku harapan.

Ratap dan doaku tak berarti
Tuhan yang baik, mengampuni dengan penuh hati
selamatkan aku dari api abadi

Dari seluruh domba, ambillah aku
Dari seluruh kambing, pisahkanlah aku
di sisi kananMu, taruhlah aku.

Para pendosa tercengang celaka
terlempar dalam bara api neraka
panggilah aku dengan berkat tanganMu terbuka

Berlutut tersungkur aku berserah
Hatiku hancur bagai abu berkalang tanah
Di saat terakhirku Engkau ingatkah?

Hari yang penuh linangan air mata
Dari kubur, manusia bangkit beserta

Yang mana akan diadili olehNya
Akankah Engkau mengampuninya?

Ya..Yesus yang Maha Pengampun
Berilah mereka istirahat abadi. Amen. 


Copyright Translation by Celestine




Dies Irae adalah sebuah puisi yang dikarang oleh Thomas Celano di abad Pertengahan. Jika diterjemahkan bebas, arti dari Dies Irae sendiri adalah Hari Kemurkaan, atau Day of Wrath. Keseluruhan stanza aslinya berbahasa Latin, dan memiliki akhiran yang sama pada setiap akhir kalimat berpola (aaa), saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia yang sekiranya sepadan dengan membandingkan terjemahan Inggris Kuno, serta terjemahan populer lainnya karena lagu ini belum saya temukan terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia. Dalam liturgi, dikenal istilah Sequentia, yang merupakan puisi kristiani yang dinyanyikan di beberapa bagian misa. Ada begitu banyak sequence, yang dikenal hingga saat ini ada empat, beberapa diantaranya ada di buku Puji Syukur, seperti Victimae Paschali Laudes, Veni Sancte Spiritus, Lauda Sion Salvatorem, dan Stabat Mater. Begitu indah dan menginspirasinya sequentia ini sehingga banyak menginspirasi para musisi dunia, yang terkenal diantaranya adalah Mozart dan Verdi yang menggubahnya menjadi arransmen orchestra yang mengagumkan. Sequentia dinyanyikan setelah Gradual sebelum bacaan Injil.

Sequence Dies Irae dinyanyikan pada Misa Requiem yang jatuh setiap tanggal 2 November untuk memperingati jiwa-jiwa dalam Api Penyucian (purgatorio) serta iman Gereja akan Akhir Jaman dan warna liturgi yang digunakan adalah Hitam, sehingga terkadang dikenal sebagai Black Masses (bukan merupakan konotasi dari Satanic Mass yang juga memiliki konotasi serupa).
Lukisan yang saya attach di sini adalah lukisan dari Hans Memling, seorang pelukis kelahiran Jerman yang hidup di abad ke 15. Kini lukisan tersebut ada di Gereja St.Mary di Gdansk, Polandia.



Untuk mendengarkan lagu gregorian yang digunakan pada misa requiem ini, bisa didengarkan di; 



Verdi, Requiem-Dies Irae, yang merupakan lagu favorit Princess Diana hingga pada misa pemakamannya;  



dan penggunaannya dalam misa Requiem itu sendiri (mulai pada menit ke 02:00);  




Berikut adalah teks asli dari Dies Irae;

Dies iræ! dies illa
Solvet sæclum in favilla
Teste David cum Sibylla!

Quantus tremor est futurus,
quando judex est venturus,
cuncta stricte discussurus!

Tuba mirum spargens sonum
per sepulchra regionum,
coget omnes ante thronum.

Mors stupebit et natura,
cum resurget creatura,
judicanti responsura.

Liber scriptus proferetur,
in quo totum continetur,
unde mundus judicetur.

Judex ergo cum sedebit,
quidquid latet apparebit:
nil inultum remanebit.

Quid sum miser tunc dicturus?
Quem patronum rogaturus,
cum vix justus sit securus?

Rex tremendæ majestatis,
qui salvandos salvas gratis,
salva me, fons pietatis.

Recordare, Jesu pie,
quod sum causa tuæ viæ:
ne me perdas illa die.

Quærens me, sedisti lassus:
redemisti Crucem passus:
tantus labor non sit cassus.

Juste judex ultionis,
donum fac remissionis
ante diem rationis.

Ingemisco, tamquam reus:
culpa rubet vultus meus:
supplicanti parce, Deus.

Qui Mariam absolvisti,
et latronem exaudisti,
mihi quoque spem dedisti.

Preces meæ non sunt dignæ:
sed tu bonus fac benigne,
ne perenni cremer igne.

Inter oves locum præsta,
et ab hædis me sequestra,
statuens in parte dextra.

Confutatis maledictis,
flammis acribus addictis:
voca me cum benedictis.

Oro supplex et acclinis,
cor contritum quasi cinis:
gere curam mei finis.

Lacrimosa dies illa,
qua resurget ex favilla

judicandus homo reus.
Huic ergo parce, Deus:

Pie Jesu Domine,
dona eis requiem. Amen.


Artikel ini ditulis oleh Celestine dan disumbangkan kepada Indonesian Papist untuk dipublikasikan kembali. Pax et Bonum 


Creative Commons License
Dies Irae - Puisi Akan Hari Pengadilan Terakhir by Celestine is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Based on a work at indonesian-papist.blogspot.com.