Sabtu, 14 April 2012

Info Post


Siapakah musuh-musuh kita? Yaitu orang-orang jahat yang menolak kehendak Allah. Maka dari itu marilah kita mengambil keputusan mutlak untuk berjuang bagi Kristus dan membaktikan diri di bawah pimpinan-Nya yang bijak. Marilah kita mengambil contoh dari mereka yang berdinas dalam tentara Romawi di bawah perintah atasannya; perhatikan disiplinnya, kesiapsiagaannya, kepatuhannya dalam menjalankan perintah. Tak terkecuali apapun pangkatnya dalam tentara, setiap prajurit sesuai dengan kedudukannya menjalankan perintah Kaisar dan atasannya. Yang kuasa tdak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan yang lemah dan sebaliknya, semuanya saling melengkapi. Marilah kita ambil tubuh kita sebagai contoh. Kepala tidak berarti apa-apa tanpa kaki; kebalikannya kaki tanpa kepalapun tak dapat berbuat apa-apa. Setiap anggota tubuh yang terkecil pun dibutuhkan dan berguna bagi tubuh secara keseluruhan. Jelasnya semua bagian bersama-sama saling membutuhkan dan pasrah pada satu tujuan untuk kesejahteraan seluruh tubuh. - St. Klemens I (88-97), Paus dan Martir, dalam surat kepada umat di Korintus tahun 96.


Imam seharusnya menilai kerasulan awam sebagai bagian hakiki dari karyanya, sedang orang beriman harus menganggapnya sebagai salah satu kewajiban hidup Kristen. - Venerabilis Pius XII (1939-1958), Paus

Iman Maria jauh melebihi iman semua manusia dan malaikat. Ia memandang Puteranya dalam kandang di Betlehem dan percaya bahwa  Dialah Pencipta Dunia. Dilihatnya Puteranya kabur dari Herodes, tapi Maria tidak pernah ragu, bahwa Dialah Raja di atas segala raja. Ia melihat-Nya dilahirkan, tapi percaya bahwa Dia sudah ada dan kekal sejak semula. Ia menyaksikan-Nya dalam keadaan miskin, tidak memiliki kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling pokok, tapi sekalipun demikian Maria yakin Dialah yang empunya semesta alam. Ia melihat-Nya berbaring di atas jerami, namun iman mengatakan bahwa Dialah Yang Mahaesa dan Mahakuasa. Dilihatnya Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, tapi ia percaya bahwa Dialah Kebijaksanaan yang abadi. Didengarnya Ia menangis, tapi ia percaya bahwa Dialah Sukacita Surga. Dan akhirnya Maria menyaksikan-Nya menghadapi maut, disiksa dan dihina, dipaku pada kayu salib dan meskipun iman semua orang lain terguncang, namun Maria tetap percaya teguh tanpa ragu sedikit pun bahwa Dialah Tuhan. – St. Alfonsus Liguori (1696-1787), Uskup Sant’Agata de’ Goti dan Doktor Mariologi.

Sesungguhnya kekuasaan Allah tidak terbatas, tetapi tetap di bawah kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Keadilan-Nya juga tidak terbatas, tetapi juga tunduk kepada cinta-Nya dan cinta-Nya pun tidak terbatas, tetapi tunduk kepada kesucian-Nya yang tidak ada bandingannya. Ada saling pengertian antara sifat yang satu dengan yang lain sehingga yang satu tidak mengganggu yang lain  karena masing-masing sempurna dan berdaulat penuh; begitulah sifat “tidak terbatas” yang tiada batasnya itu masing-masing bertindak dalam aturannya sendiri dan disatukan dalam persatuan Allah yang esa tanpa batas. - Beato John Henry Cardinal Newman, C.O. (1801-1890), Kardinal Gereja Katolik; dalam tulisannya “Order, The Witness and Instrument of Unity”

Yesus Kristus telah menderita segala sesuatu yang harus Ia derita. Tidak ada lagi yang dapat diberikan dari segala tindakan penderitaan-Nya. Apakah lalu penderitaan-Nya telah berakhir? Untuk Kepala penderitaan-Nya memang sudah selesai, tetapi untuk Tubuh-Nya penderitaan itu masih tetap ada. Karena Tubuh-Nya masih tetap menderita, tepatlah kiranya jika Ia menginginkan kita untuk ikut ambil bagian dalam penebusan-Nya. Kesatuan yang erat dengan Dia menuntut kita untuk bertindak demikian. Karena kita adalah Tubuh Kristus dan sebagai anggota satu yang lain, maka kita juga harus tahan menderita segala sesuatu yang diderita oleh Kepala. – St. Agustinus (354-430), Doktor Gereja dan Uskup Hippo.

“Jangan takut” sabda Yesus. Jadi selayaknya kita menyingkirkan segala rasa takut. Di antara kita tidak boleh ada yang penakut. Jika amanat Kristus “Jangan takut” harus diulang, maka selalu berkaitan dengan pekerjaan Aksi Katolik. Sebab rasa takut selalu menghambat perbuatan kita dan juga membuat kita berpandangan keliru. Jadi kuulangi lagi: buanglah rasa takut, segala macam rasa takut, kecuali satu: yaitu takut akan Allah. Itulah rasa takut yang mengatasi segala hal lainnya. Jika nda memiliki rasa takut itu, maka anda akan berani  menghadapi semua manusia juga segala rasa segan. Adapun tentang sikap berhati-hati, sikap ini harus diselaraskan dengan suara Kitab Suci yang harus selalu kita perhatikan: sikap berhati-hati anak-anak Allah [adalah sikap] berhati-hati [yang berasal] dari Roh. Jadi bukanlah sikap berhati-hati yang keluar dari kelemahan, sikap berhati-hati yang malas dan lagi tolol, egoistis dan sangat disesalkan. – Pius XI (1922-1939), Paus

Ia (Penyamun yang disalib di sebelah Yesus) melihat Yesus yang disalibkan dan ia menyembah Dia seolah-olah Ia telah berada dalam kemuliaan surgawi-Nya. Ia memandang Dia terpaku pada salib dan menyampaikan permohonannya seolah-olah Ia sudah bertahta dengan kemuliaan. Ia meliha Dia dijatuhi hukuman mati dan memohon kepada-Nya sesuatu seolah-olah Dia Raja yang kuasa. Oh, penyamun yang amat mengagumkan! Engkau melihat Dia yang disalibkan, tetapi mengangkat Dia sebagai Allah. – St. Yohanes Krisostomos (345-407), Uskup Konstantinopel dan Doktor Gereja.

Apabila kita tidak mengikutsertakan peranan Bunda Maria dalam mewartakan Injil, maka kita dapat ketahui bahwa tidak hanya hubungan saja yang terputus, tetapi juga tiadanya penghubung dalam seluruh rangkaian. Kita tidak hanya mendapati kekosongan atau terputusnya hubungan dalam struktur, melainkan juga terhapusnya dasar atau pondasinya. Kepercayaan sepanjang masa, kepercayaan seluruh dunia akan mujizat penjelmaan manusia berdasarkan atas satu kesaksian saja, atas satu suara saja yaitu suara dari Perawan yang terpuji, Maria. – Nicholas Patrick Stephen Cardinal Wiseman (1802-1865), Uskup Agung Westminster dan Kardinal Gereja Katolik dalam tulisannya “The Action of the New Testament”.

Kemuliaan Allah adalah manusia yang sungguh-sungguh hidup, terlebih lagi kehidupan manusia menjadi penampakan Allah. – St. Ireneus (130-202), Uskup Lyon

Di samping setiap orang beriman, berdiri seorang malaikat sebagai pelindung dan gembala yang akan menuntunnya kepada kehidupan. – St. Basilius Agung (330-379), Uskup Caesarea dan Doktor Gereja

Kita harus mengingat Allah lebih sering daripada tarikan napas kita. – St. Gregorius dari Nazianze (330-390), Doktor Gereja dan Uskup Nazianze

Manfaat buku-buku Kristiani sungguh besar bagi mereka yang dapat menggunakannya karena memandang buku-buku itu saja sudah membuat kecenderungan kita kepada dosa sedikit berkurang dan merangsang kita untuk percaya lebih teguh akan kebenaran. – St. Epifanius (315-403), Uskup Salamis

Pax et bonum


Creative Commons License
Kutipan Suksesor Para Rasul - 3 by Robby Kristian Sitohang is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License.
Based on a work at indonesian-papist.blogspot.com.