Senin, 23 April 2012

Info Post
Pater Anthony De Mello, SJ (sumber)

Hari ini (22 April 2012) di page Gereja Katolik, seorang membernya mengepos tulisan imajinasi alm. Pater Anthony de Mello, SJ yang berisi kisah Yesus sedang menonton pertandingan sepakbola antara kesebelasan Katolik vs kesebelasan Protestan. Kisah ini sendiri juga dijadikan renungan di salah satu buku pelajaran agama Katolik terbitan Kanisius. Sejumlah orang telah familiar dengan cerita ini. Bagi yang belum pernah membacanya, seperti ini ceritanya:


Yesus Menonton Sepak Bola
Anthony De Mello, SJ

Yesus Kristus berkata bahwa Ia belum pernah menyaksikan pertandingan sepakbola. Maka aku dan teman-temanku mengajak-Nya menonton. Sebuah pertandingan sengit berlangsung antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik. Kesebelasan Katolik memasukkan bola terlebih dahulu. Yesus bersorak gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Lalu ganti kesebelasan Protestan yang mencetak goal. Dan Yesus bersorak gembira serta melemparkan topinya tinggi-tinggi lagi.

Hal ini rupanya membingungkan orang yang duduk di belakang kami. Orang itu menepuk pundak Yesus dan bertanya, "Saudara berteriak untuk pihak yang mana?" "Saya?" jawab Yesus, yang rupanya saat itu sedang terpesona oleh permainan itu. "Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu pihak. Saya hanya menikmati permainan ini." Penanya itu berpaling kepada temannya dan mencemooh Yesus, "Ateis!" Sewaktu pulang, Yesus kami beritahu tentang situasi agama di dunia dewasa ini. "Orang-orang beragama itu aneh, Tuhan," kata kami. "Mereka selalu mengira, Allah ada di pihak mereka dan melawan orang-orang yang ada di pihak lain."

Yesus mengangguk setuju. "Itulah sebabnya Aku tidak mendukung agama; Aku mendukung orang-orangnya," katanya. "Orang lebih penting daripada agama. Manusia lebih penting daripada hari Sabat."

"Tuhan, berhati-hatilah dengan kata-kata-Mu," kata salah seorang diantara kami dengan was-was. "Engkau pernah disalibkan karena mengucapkan kata-kata serupa itu". "Ya, dan bahkan hal itu dilakukan oleh orang-orang beragama," kata Yesus sambil tersenyum.

Demikianlah cerita hasil imajinasi alm. Pater De Mello, SJ. Bagi Indonesian Papist, artikel ini mempromosikan sebuah kedamaian palsu (irenisme) dan memandang negatif keberadaan agama-agama yang mengingatkan saya akan kisah anak muda di Barat sana yang mempostkan video “Why I Hate Religion and Love Jesus” di youtube beberapa waktu lalu. Secara khusus, saya menduga bahwa anak muda itu membaca tulisan alm. Pater De Mello ini. Artikel ini juga mempromosikan sikap indifferentisme yaitu memandang Katolik dan Protestan itu sama saja, padahal keduanya sungguh jauh berbeda, yang Katolik didirikan oleh Kristus dan yang Protestan didirikan oleh manusia. Dan tentu Kristus tidak akan mendukung kelompok yang memprotes Gereja-Nya.  ^_^

Tulisan di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak karya alm. Pater De Mello, SJ. Ada banyak karyanya yang ditulis dalam “Doa Sang Katak” dan “Burung Berkicau” serta buku-bukunya yang lain yang tentu sangat enak didengar di telinga banyak orang tetapi sebenarnya bertentangan dengan ajaran Gereja bahkan dalam suatu karyanya, alm. Pater De Mello, SJ mereduksi hakikat Kitab Suci dan menyerang Gereja Katolik.

Lalu bagaimana tanggapan Gereja Katolik atas alm. Pater De Mello, SJ ini?

Walau menghargai sebagian karyanya, tetapi Gereja Katolik menyatakan bahwa sebagian karya alm. Pater De Mello, SJ yang lain menyimpang dan menjauh dari ajaran Katolik. Apologist terkenal, Deusvult, menerjemahkan NOTIFICATION CONCERNING THE WRITINGS OF FR. ANTHONY DE MELLO, SJ yang dikeluarkan oleh Kongregasi Doktrin Iman, sebuah kongregasi yang bertugas memproteksi iman Katolik dari ajaran-ajaran yang menyimpang. Terjemahannya berada di link ini di mana terlampir juga sejumlah isi dari buku-buku alm. Pater De Mello, SJ dan penjelasan lain ada di sini. Notifikasi ini dikeluarkan oleh Kardinal Joseph Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI), kepala Kongregasi Doktrin Iman, setelah Beato Paus Yohanes Paulus II menyetujui dan memerintahkan Notifikasi tersebut dipublikasikan. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa ada dua Paus Gereja Katolik mendukung pernyataan bahwa sejumlah ajaran alm. Pater De Mello, bertentangan dengan iman Katolik dan dapat menyebabkan kerusakan iman yang besar di kalangan umat Katolik. Berikut ini isi Notifikasi tersebut, penebalan untuk penekanan diberikan oleh Indonesian Papist:

NOTIFIKASI MENGENAI TULISAN-TULISAN DARI ROMO ANTHONY DE MELLO, SJ
Kongregasi Ajaran Iman

Imam Yesuit India, Romo Anthony de Mello (1931-1987) telah terkenal karena berbagai publikasinya yang, setelah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, telah ber-sirkulasi pada banyak negara-begara di dunia, meskipun tidak semua dari teks-teks [tulisan dari Romo de Mello] diotorisasikan olehnya sendiri untuk dipublikasikan. Karyanya, yang selalu berbentuk cerita pendek, mengandung beberapa unsur yang valid mengenai kebijaksanaan oriental [ie. Timur]. Ini bisa membantu dalam mencapai penguasaan-diri, dalam memecahkan ikatan-ikatan dan perasaan-perasaan yang menghambat kita untuk menjadi bebas, dan dalam mendekati dengan ketenangan berbagai perubahan hidup. Terutama dalam tulisan-tulisan awalnya, Romo de Mello, sementara menunjukkan pengaruh arus spiritualitas Budhisme dan Taoisme, masih berada dalam batasan spiritualitas Kristen. Di buku-buku ini, dia memperlakukan berbagai jenis doa: petisi, intersesi dan pemujian, dan juga kontemplasi misteri-misteri dari kehidupan Kristus, dan lain-lain.

Tapi sudah [terlihat] dalam beberapa bagian di karya-karya awal tersebut, dan lebih menyolok dalam publikasi-publikasinya yang lebih akhir, kita bisa melihat adanya sebuah penjauhan dari kandungan esensial iman Kristen. Sebagai ganti wahyu yang datang dari pribadi Yesus Kristus, dia [ie. Romo de Mello] menggantikan dengan sebuah intuisi akan Allah tanpa bentuk atau bayangan, sampai pada suatu titik [dimana Romo de Mello] mengatakan Allah sebagai suatu kekosongan murni. Untuk melihat Allah sudah cukuplah [kalau kita] melihat langsung pada dunia. Tidak ada yang bisa dikatakan mengenai Allah; satu-satunya pengetahuan adalah ketidaktahuan. Untuk mengajukan pertanyaan atas eksistensiNya sudah merupakan omong kosong. [Sikap] apophatisisme radikal [catatan: apophatisme adalah paham bahwa Allah itu sebegitu tak terjangkau sehingga sama sekali tidak ada gunanya bagi kita untuk mengerti Dia, segala macam pengertian adalah salah] berujung bahkan pada penolakan bahwa Alkitab mengandung pernyataan yang valid akan Allah. Kata-kata dari Kitab Suci adalah indikasi-indikasi yang bertujuan hanya untuk menuntun seseorang ke keheningan. Di bagian lain [dari karya Romo de Mello], penghakiman [Romo de Mello] atas teks-teks religi yang keramat, dengan tidak mengecualikan Alkitab, menjadi lebih keras: [penghakiman tersebut menyebutkan bahwa teks-teks religi yang keramat] menghalangi orang untuk mengikuti akal sehat mereka dan membuat mereka menjadi lamban dan kejam. Agama-agama, termasuk Kristen, adalah salah satu dari penghalang-penghalang besar kepada penemuan akan kebenaran. Namun kebenaran ini tidak pernah didefinisikan oleh pengarang [ie. Romo de Mello] secara terperinci. Baginya, berpikiran bahwa Allah dari agama sendiri adalah satu-satunya hanya merupakan sebuah fanatisme. "Allah" dianggap sebagai suatu realitas kosmik, tidak jelas dan serba-ada; sifat personal dari Allah diabaikan dan secara praktek di-ingkari.

Romo de Mello mendemonstrasikan suatu penghargaan atas Yesus, seseorang yang kepada siapa dia menyatakan dirinya sebagai "murid" [ie. Romo de Mello menganggap bahwa dia adalah murid Yesus]. Tapi dia menganggap Yesus sebagai seorang guru [diterjemahkan dari kata Inggris "master"] diantara [guru-guru] lainnya. Beda Yesus dari orang lain adalah bahwa Dia "terbangun" dan betul-betul bebas, sementara yang lain tidak. Yesus tidak dikenal sebagai Putra Allah, tapi hanya sebagai seseorang yang mengajarkan kita bahwa semua orang adalah anak-anak Allah. Sebagai tambahan, pernyataan sang penulis [ie. Romo de Mello] mengenai tujuan akhir umat manusia menimbulkan kekhawatiran. Pada satu titik, dia [ie. Romo de Mello] berbicara mengenai "pelarutan" kepada Allah yang tidak personal, seperti garam yang larut dalam air. Di berbagai kesempatan, pertanyaan mengenai tujuan setelah mati dinyatakan sebagai sesuatu yang tidak relevan; hanya kehidupan kini yang perlu diperhatikan. Mengenai kehidupan saat ini, karena kejahatan semata-mata hanyalah sebuah ketidaktahuan-acuh, tidak ada aturan moral yang objektif. Kebaikan dan kejahatan hanyalah penilaian mental yang dikenakan pada realitas.

Konsisten dengan apa yang sudah ditunjukkan, seseorang bisa memahami bagaimana, menurut pengarang [ie. Romo de Mello], setiap keyakinan atau peng-ikrar-an iman kepada Allah atau kepada Kristus tidak bisa tidak hanya akan menghalangi akses seseorang kepada kebenaran. Gereja, yang telah membuat sabda Allah di Kitab Suci Kudus menjadi sebuah berhala, malahan membuat Allah terbuang dari kuil. [Karenanya, Gereja] kehilangan otoritas untuk mengajar dalam nama Kristus.

Dengan Notifikasi ini, supaya kebaikan bagi umat Kristen terlindungi, Kongregasi ini menyatakan bahwa posisi-posisi di atas (yang dijelaskan dalam tiga paragraf di atas) tidak sesuai dengan iman Katolik dan dapat menyebabkan kerusakan yang besar.

Paus Tertinggi Yohanes Paulus II, pada audiensi yang diberikan kepada Prefek Kardinal yang bertandatangan dibawah, merestui notifikasi ini, diadopsikan dalam Sessi Biasa dari Kongregasi ini, dan memerintahkan publikasinya.

Roma, dari kantor-kantor Kongregasi Ajaran iman, 24 Juni 1998, Perayaan kelahiran Yohanes Pembaptis.

+ Joseph Kardinal Ratzinger, Prefek

+ Tarcisio Bertone, S.D.B.,
Uskup Agung Emeritus dari Vercelli
Sekretaris

Di sinilah kita bisa melihat bahwa sejumlah pemahaman-pemahaman alm. Pater De Mello, SJ itu melawan Wahyu Ilahi dan Gereja itu sendiri. Pandangannya yang demikian telah membawa banyak orang Katolik kepada ketidaktaatan terhadap Gereja dan tentu ini adalah sebuah masalah (atau mungkin bencana) bagi Gereja Katolik sehingga Gereja perlu mengeluarkan notifikasi seperti ini. Menyadari adanya Notifikasi dari Gereja ini, seharusnya tulisan-tulisan alm. Pater De Mello, SJ yang bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik atau mempromosikan pemahaman yang keliru tidak boleh lagi dimasukkan ke dalam buku pelajaran agama Katolik. Harapan saya pribadi, hal ini benar-benar terjadi sehingga tidak tercipta generasi Katolik yang tumbuh dalam ajaran yang keliru tetapi dilabeli “Katolik”.

By the way, saya yakin bahwa akan ada sejumlah orang yang memprotes artikel ini atau memprotes Notifikasi Gereja, “kok Gereja otoriter sih? Ajaran Romo De Mello kok ditolak?”. Sungguh nyata bahwa sejumlah orang Katolik memilih berpegang pada pandangan-pandangan alm. Pater De Mello, SJ yang enak didengar di telinga mereka ketimbang ajaran-ajaran Gereja Katolik yang berasal dari Allah sendiri. Hal ini mengingatkan saya pada ayat 2 Timotius 4:3 “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.” Kepada orang Katolik yang memprotes Notifikasi ini, saya ingin menyatakan apa yang dilakukan Gereja di atas sejalan dengan 2 Timotius 4:2, “... nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” Ingat, wahyu Ilahi tidak dipercayakan Allah kepada masing-masing individu manusia tetapi kepada Gereja semata.

Saya secara pribadi akan berhati-hati dengan tulisan alm. Pater De Mello, SJ dan menghindarinya tulisan-tulisannya yang mempromosikan relativisme iman, liberalisme dan indifferentisme. Hal yang sama saya juga sarankan kepada anda para umat Katolik mengingat Gereja sudah memberi Notifikasi yang menolak ajaran-ajaran keliru yang diajarkan olehnya. Ingatkanlah juga sesama umat Katolik lainnya akan hal ini sehingga mereka dapat berhati-hati dalam membaca karya-karya alm. Pater De Mello, SJ. 

baca juga: Catatan Penjelasan Kekeliruan De Mello

Pax et Bonum